Image By Google
Aku
mencintai jiwa, bukan rupa. Maka ketika cinta itu patah akan sulit bagiku
kembali mencintai. Kenapa? Karena akan ada wajah yang tidak akan kalah rupa, namun tidak
dengan jiwa.
Dan,
malam ini aku mengaku salah dan kalah. Aku mencintai, namun angkuh mengakui.
Hingga ketika dia pergi ada luka yang tidak pantas ku tangisi.
Ketika
bersamanya, ada tawa renyah yang tak bisa ku cegah. Ada kenyamanan yang tidak
terkatakan. Hinga ketika semua rasa itu sudah bisa disebut cinta, aku malah
tidak sadar sudah merasakannya.
Sebentar
lagi, dia akan bersatu dengan tulang rusuknya. Dan jelas, wanita itu bukan aku.
Namun malam ini dengan bodohnya aku memohon pada Tuhan agar diberi kemampuan
memutar waktu. Ya, waktu yang telah ku sia-siakan dengan serampangan. Waktu
bersamanya yang ku beri label “PERTEMANAN!” Waktu yang harusnya ku sadari bahwa
aku telah jatuh hati di tiap detik detaknya.
Oh
hati, redamlah dalam-dalam sesal ini! Meski tak lagi mungkin menemui manusia
dengan jiwa seperti milikinya, namun akan terlihat lucu jika terus menangisi
dia yang selama ini lebih sering ku becandai.
Dan,
ternyata cinta tidak selucu itu!
Netri
Olala, 9/10/16
Pada
Minggu Malam Kelabu
Azeeek....
BalasHapusHehe
Hapus