Sabtu, 23 Februari 2013

Review Pelatihan Alang Babega





Review Kegiatan Pelatihan Relawan Alang Babega Gelombang ke Dua
(Iko Jaleh Pelatihan)

7 hingga 10 februari 2013 lalu, saya bersama 44 pemuda Kota Pariaman lainnya mengikuti  pelatihan bertajuk “Menikam Jejak, Mencari Akar” gagasan nangkodo baha institute yang bertempat di INS Kayu Tanam, setelah mengikuti beberapa prosedur seperti pengisian formulir dan interview tentunya. Dapat dikatakan kami adalah pemuda terpilih dari tiap desa di Kota Pariaman untuk mengikuti pelatihan ini karena memang ada kualifikasi tertentu untuk dapat mengikuti pelatihan tersebut.

Apa Itu Nangkodo Baha Institute?
Nangkodo Baha Institute merupakan sebuah lembaga non profit yang berada di kota Pariaman dan berdiri sejak 12 juni 2010 atas gagaan Indra Jaya Piliang seorang tokoh muda yang memiliki visi jauh ke depan tentang Pariaman.
Nangkodobaha institute memiliki visi “menjadi lembaga peleyanan dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia berbasis pendidikan, sosial dan budaya. Bidang kerja nangkodo baha institute adalah memberikan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengkajian, pengembangan kapasitas, monitoring dan evaluasi kerja, Informasi, dokumentasi dan publikasi”.
Untuk periode 2013, nangkodobaha institute berkomitmen menjadikan Kota Pariaman menjadi kota Pendidikan, pariwisata, dan perdagangan. Untuk itu Nangkodo baha institute membutuhkan 1 orang Valunteer atau relawan disetiap desa atau kelurahan yang berada di kota Pariaman guna merealisasikan komitmen tersebut.
Berangakat dari penjelasan diatas, untuk merealisasikan Kota Pariaman sebagai Kota pendidikan, pariwisata dan perdagangan yang digagas oleh nakodobaha institute, disinilah fungsi saya dan puluhan pemuda Kota Pariaman lainnya yang pada penutupan pelatihan tersebut telah dilantik langsung oleh Indra Jaya sebagai relawan Alang Babega.

Lebih jauh tentang Indra Jaya Piliang?

 Indra Jaya Piliang adalah putra daerah asli Pariaman, Sumatra Barat. Ia adalah seorang politisi dari partai Golkar. Selain sebagai politisi ia juga merupakan peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Jakarta, pemerhati masalah otonom daerah dan kolomnis untuk beberapa media cetak nasional. Saya pertama kali bertemu beliau di sebuah acara diskusi tentang Jurnalistik yang mana beliau adalah penggagas dan pembicara di kegiatan tersebut bersama seorang wartawan Koran Singgalang, bertempat di posko IJP Center depan SMA 3 Pariaman, Sikabu. Ketika itu saya langsung membuat sebuah kesimpulan tentag beliau:”Sosok yang bersahaja, humoris, dan tentunya berintelektual tinggi”.

Tujuan diadakannya pelatihan tersebut dan seperti apa pelaksanaannya?

Pelatihan tersebut dirancang oleh nagkodobaha institute guna membekali kami yang nantinya akan menjadi relawan di desa masing-masing dengan ilmu, iman, dan intelegensi. Karna dalam pelatihan tersebut, kami diberikan materi-materi bermanfaat dari pembicara-pembicara hebat  Nangkodo baha institute mengenai Kota Pariaman, Organisasi dan kepemimpinan, komunikasi dan teknik menulis dan materi-materi bermanfaat lainya guna merubah wacana dan paradigma kami atas diri kami sendiri, Desa, Kota dan Negara kami.
Selain itu, kemampuan analisa kami juga diasah dengan adanya kegitan ANALISIS SOSIAL yang mengharuskan kami menganalisis kelebihan dan kekurangan sektor pertanian, pendidikan, perdagangan dan pariwisata di kota Pariaman yang kemudian di presentasikan dalam bentuk kelompok dan didiskusikan dengan kelompok-kelompok lainnya. Dari kegiatan ini scara tidak langsung mental dan kemampuan berkomunikasi kami sudah dilatih.
Tidak hanya berteori dalam ruanga pelatihan, kami juga berpraktek ke lapangan untuk melakukan analisis sosial terhadap masyarakat mengenai  INS Kayu Tanam, dari beberapa aspek. Mengapa Analisis sosialnya dilakukan terhadap masyarakat disekitar INS Kayu Tanam? Karena kami, peserta pelatihan digembleng 3 hari lamanya di INS Kayu tanam, tentu kami mengimplementasikan ANSOS tersebut kepada masyarakat sekitar INS Kayu Tanam terlebih dahulu, kerena itu merupakaN rangkaian  kegiatan pelatihan. Setelah pelatihan, tentu kami akan turun ke lapangan guna melakukan analisis sosial terhadap mayarakat Kota Pariaman.

Manfaat apa yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan tersebut?
Begitu banyak hal yang kami peroleh dari pelatihan tersebut. Selain meteri bermanfaat yang diberikan, wawasan lebih jauh tentang kota Pariaaman yang dipaparkan, berlatih mental dan kemampuan berdemokrasi dan berkomunikasi yang diterapkan, kami juga memperoleh banyak nilai yang semoga nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan terhadap perubahan kota Pariaman, terlebih Indonesia tentunya.
Ketika video bertemakan kesenjangan sosial ditampilkan diruang pelatihan, dimana mata kami disuguhi fakta akan miskinnya “KITA”, naluri kami untuk peduli sesama berkibar. Seolah ingin dengan segera memperbaiki bangsa ini. Dan dihati kami semua sepakat menyerukan kalimat “ADA YANG SALAH DENGAN BANGSA INI? YANG KAYA SEMAKIN KAYA. YANG MISKIN SEMAKIN MISKIN”.
Kemudian nasionalisme kami di stimulasi dengan ditampilkannya video lagu Indonesia Raya versi asli yang kami ikut nyanyaikan bersama-sama penuh khidmat dan semangat. Berbeda dengan Lagu Indonesia raya yang sering kita nyanyikan di upacara-upacara sekolah atau yang sering kita dengar selama ini, INDONESIA RAYA versi asli itu bertempo lebih cepat, semangat, dan liriknya pun lebih panjang. Selain itu, jiwa kepemudaan kami disulut oleh Zainal Abadi (salah seorang instruktur pelatihan dari Nangkodo Baha Institut) dengan dibacakannya puisi berjudulkan tema pelatihan “Menikam Jejak Mencari Akar”.

Kesimpulannya?
Singkatnya, kami pemuda dari seluruh desa di kota pariaman yang dinamai RELAWAN ALANG BABEGA yang dikumpulkan dalam pelatihan tersebut ditugaskan untuk menjadi AGEN OF CHANGE. Dimulai dari desa kami masing-masing terlebih dahulu, kota kami kemudian bangsa kami. Seperti yang pernah saya ungkapkan dalam pelatihan “Pemuda itu Pemikir bukan Pekerja. Pemuda itu Pelurus bukan Penerus”. Nah disini, kami sebagai pemuda mulai berpikir fungsi kami apa terhadap bangsa dan Negara, dan berangkat dari renungan itu diharap kami melakukan sebuah perubahan sesuai fungsi kami.
Meskipun pendiri Nangkodo Baha Institute, penggagas serta fasilitator pelatihan tersebut adalah Indra Jaya Piliang, dimana beliau mengajukan diri sebagai Wali kota Pariaman untuk periode 2013-2018 nanti, namun di ruang pelatihan kami tidak pernah mendengar kalimat “AYO, PILIH SAYA!”, terlontar dari bibirnya. Because This Not Black Campaign, you know!! Karena tanpa beliau berseru seperti itu, kami sebagai pemuda sudah tahu fungsi kami apa? Ya, fungsi kami memilih agen perubahan untuk kota kami yang nantinya bisa kami anuti, yaitu BELIAU.



(Sumber:Nangkodobaha INSTITUTE dan Wikipedia)

Kamis, 21 Februari 2013

ORASI HATI


Sebelumnya, sampaikan maafku pada wanita yang saat ini sedang dihatimu. Katakan padanya, aku tak sengaja memperhatikanmu. Semuanya tanpa rencana. Tanpa agenda. Dan jika wanita itu tak terima, katakana padaku “Berhentilah mencintaiku!!!”, sebisa mungkin akan ku lakukan itu.
            **
            Kau tahu, kenapa aku begitu enggan memposting cerita ‘SENJA MERAH JAMBU’ ku kedalam blog pribadiku untuk sekedar dibaca oleh teman-temanku?
            Itu karna namamu ada didalamnya. Tak hanya nama, pertemuan pertama tanpa sengaja kita juga ku pinjam sebagai konfliknya. Mengapa konflik? Karna pada saat melihatmu aku berperang dengan hatiku untuk tidak memasukkanmu ke dalam palungnya. Kau tahu, jika hatiku sudah memilih memasukkan seorang pria ke dalam palungnya maka akan  ia kunci dalam waktu yang sangat lama. Ketika air mata lelahku mencintai telah kering, baru ia bersedia membuka kunci itu dan mengeluarkan pria itu dengan sisa-sisa duka yang tak hilang dalam kurun waktu sebentar saja. Tapi, ya…aku kalah dalam perang itu.
            Sekarang, sadarkah kau bahwa kau adalah inspirasi senja merah jambuku? Kaulah yang telah mewarnai langit kota Pariaman pada hari itu dengan warna merah jambu. Dan sesampainya dirumah aku langsung menulis tentangmu. Menceritakan pertemuan kita tadi pada OLALA ku. Jemariku begitu kompak dengan hati dan pikiranku, mengalir indah begitu saja ketika aku merangkai kata untuk mendeskripsikan keindahanmu.
            Hmmh..begitu aneh memang. Malah aku sempat bertanya dalam hati, apakah engkau jodoh yang ku minta dihadirkan sesaat sebelum lilin ulang tahunku ku tiup sebulan lalu. Ah, begitu dekat rasanya jodohku ketika doa itu ku lantunkan dalam hati sebagai WISHku. AKU BEGITU YAKIN AKAN DIHADIRKAN DENGAN PRIA ITU. Maka tidak heran ketika melihatmu dan aku jatuh cinta, aku bertanya pada Tuhan “APAKAH DIA JODOHKU?”. Jika ia aku mau jadi wanita baik-baiknya. Jadi wanita yang sedia mejaga jiwa raganya untuknya. Menjadi wanita yang terpeihara perkataan dan perbuatannya. Karena aku menginginkan pria baik-baik itu. Tidak salah kan jika aku berusaha menjadi wanita yang lebih baik pula. Agar aku berjodoh dengannya.
            Aku tidak mudah jatuh cinta. Untuk membuat hati ini tertarik, aku butuh waktu sekian lama. Tapi ketika bertemu denganmu, aku rasa aku tidak butuh waktu lagi. Yang aku butuh kamu beserta cintamu. Haha..aku tidak sedang berusaha merayumu. Aku hanya berusaha menyampaikan rasaku lewat tulisan ini. Sebuah tulisan yang nantinya engkau baca atau tidak. Sebuah tulisan yang nantinya hanya akan jadi orasi hati abadi tanpa kau tanggapi. Itu sebabnya, aku tidak berani menyebut namamu atau sedikit saja inisialmu. Aku ingin kau membaca dan merasakan sendiri. Jika hatimu bergetar ketika membacanya, berarti benar;Kau jodohku!

                                                                                    Netri Olala
                                                                                    Pariaman, Februari 2013

Selasa, 19 Februari 2013

Jika Aku Menikah Nanti


Jika Aku Menikah Nanti
            Aku baru akan menikah setelah aku benar-benar tau dengan siapa aku menikah. Setelah aku benar-benar menyadari bahwa aku sangat mencintainya. Aku tidak mau di paksa. Persetan dengan retorika;dia kaya, punya pekerjaan bagus dan sabagainya. Aku tidak mau cintaku di paksa tumbuh. Syukur jika cinta itu tumbuh setelah menikah. Jika tidak?  
            Rasanya, tidak berlebihan jika aku memikirkan hal ini. Aku gadis 22 tahun. Yang jika tidak sedang menempuh pendidikan di perguruan, mungkin akan segera dinikahkan. Aku juga telah banyak menerima undangan pernikahan dari teman semasa SD ku, SMP, SMA, bahkan teman sesema kuliah.
            Si A misalnya, teman semasa SD ku. Betapa aku tertawa geli melihat wajahnya yang merah ketika guru agama kami menyuruh ia membaca doa sebelum belajar seorang diri ke depan kelas,tapi kini ia telah mantap membaca ijab qabul di hadapan penghulu dan para saksi. Betapa hebatnya dia! Jika ia tidak mempersunting gadis yang ia cintai, ia tak semantap itu mengucap ijab qabul. Aku menyaksikan sendiri akad nikahnya.
            Lalu si B. Ia adalah teman semasa SMA ku. Aku menjadi saksi betapa ia menangis perih ketika ia tahu bahwa pacarnya menduakan cintanya untuk yang kesekian kali. Aku bisa merasakan sesaknya paa saat itu. ia bahkan tidak pernah mau move on dari pria itu dengan alasan terlanjur cinta. Tapi, 2 tahun selepas SMA aku mendapatkan undangan pernikahannya. Dan aku ikut bahagia ketika nama pengantin pria yang tertera di undangan bukan nama pria brengsek yang sudah menyelingkuhinya berkali-kali. Temanku ini berhasil move on. Dia sudah menemukan orang yang  tepat menurutnya. Maka berbahagialah ia dengan pernikahannya.  
            Lain lagi si C. Ia adalah teman kuliah ku. Kita beda jurusan tapi seangkatan. Kami saling kenal ketika kami sama-sama berkecimpung didunia organisasi kampus. Aku sanagt terkejut ketika ia bilang ia akan menikah. Aku tak menaggapi serius pada saat itu. aku pikir ia bercanda. Tapi anggapan ku itu kemudian dimentahkan oleh surat undangan yang kuterima. Mengira ia sudah mnemukan orang yang tepat, aku pun turut berbahagia. Namun sayang, enam bulan setelah pernikahan manis itu dilangsungkan, mereka bercerai. Mantan suaminya yang juga mahasiswa ditempat yang sama dengan kami memilih cuti dan pergi kekota lain setelah bercerai. Dan teman ku itu pun mengaku pasrah dengan nasib pernikahannya. Terlalu berat tugas yang ia emban, katanya. “Boro-boro mengurusi suami, mengurusi kuliah saja ia keteteran”, lanjutnya lagi.
            Dari kisah teman-temanku yang kurangkum itu, aku dapat menarik kesmpulan dari apa itu MENIKAH. Menikah itu adalah keputusan. Menikah itu adalah tanggung jawab. Menikah bukan sekedar pesta mewah yang pada akhirnya hanya akan menjadi ceremonial abadi di album foto. Menikah bukan sekedar upacara keagamaan yang kemudian menghalalkan kontak fisik semata. Menikah lebih dari itu!
            Aku ingin menikah jika aku aku sudah bertemu dengan pria yang benar-benar mencintaiku. Pria yang dengan mantap mengikatku denagn janji sehidup semati didepan para saksi seperti teman SD ku si A tadi.
            Aku akan menikah jika aku telah benar-benar yakin dialah jodoh yang selama ini dipersiapkan Tuhan untukku. Seperti temanku si B, aku juga ingin memantapkan hati dan move on. Karena dengan begitu aku akan lebih ikhlas bangun pagi untuk sekedar membuatkannya kopi. Aku akan lebih sabar memasak agar enak untuknya. Aku akan kuat mencuci dan menyetrika bajunya demi ia terlihat rapih. Aku akan lebih bijak mengurusi anak-anaknya kelak. Dengan kasih sayang, tanpa amarah. Dan terpenting, aku akan lebih tulus merawat ia ketika sakit dan tua nanti. Ya, aku baru akan menikah jika sudah menemukan pria itu. pria baik-baik yang meminangku dengan harta paling berharga yang ia punya, yaitu keislamannya. Semoga lekas Tuhan mempertemukan aku dengannya.
            Aku tidak ingin seperti si C yang menikah karena terburu nafsu . menikah diusia yang belum matang sebenarnya. Aku tidak ingin gagal. Aku ingin menikah sekali seumur hidup dengan pria yang mampu membuatku jatuh cinta berulang kali selama hidup. Tuhan, mohon kabulkan!
                                                                        Netri, Pariaman 14 Februari, 12:06 wib

Selasa, 12 Februari 2013

Berita dan Feature, implementasi perkuliahan Jurnalistik dan Kunjungan ke Koran Singgalang



 ini adalah berita dan feature yang saya tulis demi memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Jurnalistik yang mengharuskan mahasiswanya menulis satu buah berita yang terjadi di lingkungan sekitar lalu dikembangkan mejadi sebuah feature. sebelum menulis berita kami para mahasiswa diajak mengunjungi kunjungan Jurnalistik ke koran Singgalang. disana dapat ilmu dari dua orang wartawannya yaitiu Eriani atau akrab disapa Bang Lelek dan Kak Lenggo Geni yang baru saja kembali dari Amerika untuk meliput sebuah berita. Awesome!


just for sharing, silahkan baca jika bermanfaat!

Berita:

“Mencuri Knalpot, Dua Remaja Pria Habis Dihajar Massa”

PARIAMAN-Dua orang remaja laki-laki berinisial AD(18) dan rekannya berinisial RY (16) yang merupakan warga Santok, Pariaman, babak belur dihajar massa jalan Cut Nyak Dien  Kelurahan Jati Hilir, Pariaman 13/01/13 pada pukul 16:30 Wib. Pasalnya, kedua orang remaja laki-laki tersebut nekat mencuri sebuah knalpot divengkel tempat mereka memperbaiki motornya. Aksi itu dipergoki oleh salah satu warga yang sedang mencangkul di sawah miliknya yang persis berada di samping bengkel tersebut berada. Pelaku mulai beraksi pada saat pemilk bengkel masuk kedalam rumah untuk mengambil sesuatu,
            Warga yang geram akan ulah tersebut akhirnya bertindak brutal. Keduanya dipukuli oleh warga setempat dan juga pemilik bengkel sebelum diserahkan kekantor polisi.
            “Untuak bayar uang sekolah, Da”, jawab salah satu diantaranya dengan terbata ketika ditanya kenapa mencuri knalpot sepeda motor dibengkel tersebut.









Feature:

“Menggantungkan Asa pada Sebuah Knalpot”

            Hari itu, Minggu 13 Januari 2013, pada pukul 17:30 wib, menjadi hari paling mengenaskan bagi dua remaja pria berinisial AD dan RY warga Santok Pariaman. Keduanya dipukuli massa yang geram oleh aksi pencurian yang keduanya coba lakukan disebuah bengkel di jalan Cut Nyak Dien, Keluraan Jati Hilir, Kota Pariaman. Yang coba mereka curi hya sebuah knalpot bekas sepeda motor yang kebetulan sedang tergeletak ketika pemiliknya masuk kedalam rumah hendak mengambil sesuatu.
            Bukan knalpot bekas tersebut yang berhasil mereka peroleh. Namun bogem mentah dari tangan-tangan yang sedang menghakimi mereka. Mereka dipukuli, ditampar dan ditinju berkali-kali. Tidak hanya satu dua orang yang memukuli, namun lebih dari sepuluh orang yang menghakimi.
            Jerit tangis dan teriak ampun mereka tak digubris oleh tuan-tuan yang sedang mrah tersebut. Leleh berkata ampun, keduanya memilih diam denagn tangan menutupi wajah berharap bagian tubuh yang satu itu dapat terlindungi. Sementara tangan dan kaki terus mengahantam ke area yang coba mereka tutupi.
            Jika aksi percobaan pencurian yang mereka lakukan tidak terpergoki oleh salah satu warga yang sedang bekerja disawah miliknya ynag berada tepat disamping bengkel tersebut, mungkin keduanya tak bernasib senaas ini. Mungkin meraka telah menunggangi sepeda motor mereka yang selesai diperbaiki dibengkel tempat mereka melancarkan aksi percobaan pencurian tersebut.
            Namun nasi telah menjadi bubur. Jangan membawa pulang knalpot, membaawa diri mereka pulang saja kini sudah tak bisa. Lebih miris lagi ketika meraka menjawab pertanyaan salah seorang warga yang bertanya apa alasannya mencuri knalpot, salah satu diantara mereka menjawab “Untuk-bayar-uang-sekolah-pak”,dengan terbata.
            Ironis memang. Ketika rakyat kecil menggantungkan asanya pada pendidikan, pendidikan malah tak ramah menyambut asa mereka. Dengan biaya pendidikan yang amat tinggi, anak dari rakyat kecil seperti dicekoki pil pahit yang maat sulit ditelan.
            Untuk pendidikan, kita sama-sama tahu Pemerintah Kota Pariaman telah menggratiskan uang sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Tapi itu hana berlaku bagi sekolah-sekolah negri. Lagi pula, bebas uang sekolah tak berarti bebas uang buku, uang computer, transportasi dan keperuann lainnya. Jika pemerintah kota Pariaman telah menyokong 50% untuk anak-anak kota Pariaman dalam usaha meraih mimpinnya lewat pendidikan, maka 50% lagi anak-anak tersebut menggantungkan asanya pada orang tua. Akan sangat berbahagia bagi mereka yang berasal dari keluarga yang mampu. Tapi amat menderita bagi mereka yang berkehidupan pas-pasan saja. Mereka seperti berpijak pada kayu lapuk. Bergerak sedikit saja kayu itu akan patah dan mereka akn terjatuh. Sama halnnya dengan uang keperluan sekolah, berjumlah banyak sedikit saja, mereka akan bingung hendak mencari kemana. Seperti AD dan RY, ketika orang tua tempat mereka bergantung sudah tak bisa memberikan harapan, maka ereka mencari harapan itu diluaran. Mereka mencari kemana saja. Mereka mencari apa saja. Hingga pencarian mereka berhenti disebuah bengkel dan pada knalpot bekas yang ada didalamnya. Bermaksud hendak mencuri knalpot itu lalu dijual untuk membayar hutang mereka kepada sekolah. Berharap ayah dan ibu dirumah lega walau tak tahu sebenarnya uang itu didapat dari mana.
            Namun asa yang mereka gantungkan pada knalpot bekas itu pupus sudah. Niat mereka meringankan beban orang tua dengan cara yang mereka anggap paling benar pada saat itu sirna sodah. Asa mereka berbalas amuk maa. Harapan mereka tersambut pukulan tuan-tuan ynag sedang marah.
            Hidup memang dirasa tidak adil bagi beberapa pihak. Pada saat inilah pihak-pihak tersebut mempertanyakan dimana kehadiran dan peran pemerintah dan Tuhan. Disaat pendidikan yang digembar-gemborkan gratis menyelipkan hutang yang tak tipis, janji-janji pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya mulai digubris. Jangan hanya janji jadi titah tak bertuah. Yang tak punya implementasi sama sekali.

AD dan Ry adalah sampel dari populasi yang menagih janji itu. berharap mereka dapat sekolah tanpa harus memikirkan biaya. Dapat membaca buku tanpa harus memikirkan sudah berapa hutangnya pada guru. Dapat mengerjakan PR tanpa harus bertanya mau mencari kemana uang denda dari sekolah yang diberatkan kepada mereka karna melakukan sebuah pelanggaran.
Izinkanlah anak negri kita bermimpi tanpa harus dibagunkan oleh mimpi buruk bahwa keluarganya miskin. Merealisasikan mimpinya tanpa harus mencuri semoga tidak ada lagi AD dan RY lainnya yang berharap adil dari sebuah knalpot bekas. AD dan RY adalah wajah kita semua. Mereka adik kita, kemenakan kita, anak kita, beri mereka pengertian atas perbuatan yang mereka lakukan.