Review Kegiatan Pelatihan Relawan
Alang Babega Gelombang ke Dua
(Iko
Jaleh Pelatihan)
7
hingga 10 februari 2013 lalu, saya bersama 44 pemuda Kota Pariaman lainnya
mengikuti pelatihan bertajuk “Menikam
Jejak, Mencari Akar” gagasan nangkodo baha institute yang bertempat di INS Kayu
Tanam, setelah mengikuti beberapa prosedur seperti pengisian formulir dan
interview tentunya. Dapat dikatakan kami adalah pemuda terpilih dari tiap desa
di Kota Pariaman untuk mengikuti pelatihan ini karena memang ada kualifikasi
tertentu untuk dapat mengikuti pelatihan tersebut.
Apa Itu Nangkodo Baha Institute?
Nangkodo
Baha Institute merupakan sebuah lembaga non profit yang berada di kota Pariaman
dan berdiri sejak 12 juni 2010 atas gagaan Indra Jaya Piliang seorang tokoh
muda yang memiliki visi jauh ke depan tentang Pariaman.
Nangkodobaha
institute memiliki visi “menjadi lembaga
peleyanan dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia berbasis
pendidikan, sosial dan budaya. Bidang kerja nangkodo baha institute adalah memberikan
pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengkajian, pengembangan kapasitas, monitoring
dan evaluasi kerja, Informasi, dokumentasi dan publikasi”.
Untuk
periode 2013, nangkodobaha institute berkomitmen menjadikan
Kota Pariaman menjadi kota Pendidikan, pariwisata, dan perdagangan.
Untuk itu Nangkodo baha institute membutuhkan 1 orang Valunteer atau relawan
disetiap desa atau kelurahan yang berada di kota Pariaman guna merealisasikan
komitmen tersebut.
Berangakat
dari penjelasan diatas, untuk merealisasikan Kota Pariaman sebagai Kota
pendidikan, pariwisata dan perdagangan yang digagas oleh nakodobaha institute,
disinilah fungsi saya dan puluhan pemuda Kota Pariaman lainnya yang pada
penutupan pelatihan tersebut telah dilantik langsung oleh Indra Jaya sebagai
relawan Alang Babega.
Lebih jauh tentang Indra Jaya
Piliang?
Indra
Jaya Piliang adalah putra daerah asli Pariaman, Sumatra Barat. Ia adalah
seorang politisi dari partai Golkar. Selain sebagai politisi ia juga merupakan
peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Jakarta, pemerhati
masalah otonom daerah dan kolomnis untuk beberapa media cetak nasional. Saya
pertama kali bertemu beliau di sebuah acara diskusi tentang Jurnalistik yang
mana beliau adalah penggagas dan pembicara di kegiatan tersebut bersama seorang
wartawan Koran Singgalang, bertempat di posko IJP Center depan SMA 3 Pariaman,
Sikabu. Ketika itu saya langsung membuat sebuah kesimpulan tentag beliau:”Sosok yang bersahaja, humoris, dan tentunya berintelektual
tinggi”.
Tujuan diadakannya pelatihan
tersebut dan seperti apa pelaksanaannya?
Pelatihan
tersebut dirancang oleh nagkodobaha institute guna membekali kami yang nantinya
akan menjadi relawan di desa masing-masing dengan ilmu, iman, dan intelegensi.
Karna dalam pelatihan tersebut, kami diberikan materi-materi bermanfaat dari
pembicara-pembicara hebat Nangkodo baha
institute mengenai Kota Pariaman, Organisasi dan kepemimpinan, komunikasi dan
teknik menulis dan materi-materi bermanfaat lainya guna merubah wacana dan
paradigma kami atas diri kami sendiri, Desa, Kota dan Negara kami.
Selain
itu, kemampuan analisa kami juga diasah dengan adanya kegitan ANALISIS SOSIAL
yang mengharuskan kami menganalisis kelebihan dan kekurangan sektor pertanian,
pendidikan, perdagangan dan pariwisata di kota Pariaman yang kemudian di
presentasikan dalam bentuk kelompok dan didiskusikan dengan kelompok-kelompok
lainnya. Dari kegiatan ini scara tidak langsung mental dan kemampuan
berkomunikasi kami sudah dilatih.
Tidak
hanya berteori dalam ruanga pelatihan, kami juga berpraktek ke lapangan untuk
melakukan analisis sosial terhadap masyarakat mengenai INS Kayu Tanam, dari beberapa aspek. Mengapa
Analisis sosialnya dilakukan terhadap masyarakat disekitar INS Kayu Tanam?
Karena kami, peserta pelatihan digembleng 3 hari lamanya di INS Kayu tanam,
tentu kami mengimplementasikan ANSOS tersebut kepada masyarakat sekitar INS Kayu
Tanam terlebih dahulu, kerena itu merupakaN rangkaian kegiatan pelatihan. Setelah pelatihan, tentu
kami akan turun ke lapangan guna melakukan analisis sosial terhadap mayarakat
Kota Pariaman.
Manfaat apa yang
diperoleh setelah mengikuti pelatihan tersebut?
Begitu
banyak hal yang kami peroleh dari pelatihan tersebut. Selain meteri bermanfaat
yang diberikan, wawasan lebih jauh tentang kota Pariaaman yang dipaparkan,
berlatih mental dan kemampuan berdemokrasi dan berkomunikasi yang diterapkan,
kami juga memperoleh banyak nilai yang semoga nilai-nilai tersebut dapat
diimplementasikan terhadap perubahan kota Pariaman, terlebih Indonesia
tentunya.
Ketika
video bertemakan kesenjangan sosial ditampilkan diruang pelatihan, dimana mata
kami disuguhi fakta akan miskinnya “KITA”, naluri kami untuk peduli sesama
berkibar. Seolah ingin dengan segera memperbaiki bangsa ini. Dan dihati kami
semua sepakat menyerukan kalimat “ADA
YANG SALAH DENGAN BANGSA INI? YANG KAYA SEMAKIN KAYA. YANG MISKIN SEMAKIN
MISKIN”.
Kemudian
nasionalisme kami di stimulasi dengan ditampilkannya video lagu Indonesia Raya
versi asli yang kami ikut nyanyaikan bersama-sama penuh khidmat dan semangat.
Berbeda dengan Lagu Indonesia raya yang sering kita nyanyikan di
upacara-upacara sekolah atau yang sering kita dengar selama ini, INDONESIA RAYA
versi asli itu bertempo lebih cepat, semangat, dan liriknya pun lebih panjang.
Selain itu, jiwa kepemudaan kami disulut oleh Zainal Abadi (salah seorang
instruktur pelatihan dari Nangkodo Baha Institut) dengan dibacakannya puisi berjudulkan
tema pelatihan “Menikam Jejak Mencari Akar”.
Kesimpulannya?
Singkatnya,
kami pemuda dari seluruh desa di kota pariaman yang dinamai RELAWAN ALANG
BABEGA yang dikumpulkan dalam pelatihan tersebut ditugaskan untuk menjadi AGEN
OF CHANGE. Dimulai dari desa kami masing-masing terlebih dahulu, kota kami
kemudian bangsa kami. Seperti yang pernah saya ungkapkan dalam pelatihan “Pemuda itu Pemikir bukan Pekerja. Pemuda itu Pelurus bukan Penerus”.
Nah disini, kami sebagai pemuda mulai berpikir fungsi kami apa terhadap bangsa
dan Negara, dan berangkat dari renungan itu diharap kami melakukan sebuah
perubahan sesuai fungsi kami.
Meskipun
pendiri Nangkodo Baha Institute, penggagas serta fasilitator pelatihan tersebut
adalah Indra Jaya Piliang, dimana beliau mengajukan diri sebagai Wali kota
Pariaman untuk periode 2013-2018 nanti, namun di ruang pelatihan kami tidak
pernah mendengar kalimat “AYO, PILIH SAYA!”, terlontar dari bibirnya. Because This Not Black Campaign, you know!! Karena
tanpa beliau berseru seperti itu, kami sebagai pemuda sudah tahu fungsi kami
apa? Ya, fungsi kami memilih agen perubahan untuk kota kami yang nantinya bisa
kami anuti, yaitu BELIAU.
(Sumber:Nangkodobaha INSTITUTE dan Wikipedia)