Teruntuk Adam
Pendamping Hidupku Kelak..
Assalamualaikum, Adam..
Sedang
apa wahai calon imamku? Sudahkah shalat fardhu isha lalu dilanjutkan dengan
membaca surat Al Kahfi? Ini malam jumat, malam yang baik untuk mengamalkan
surat al kahfi, hingga esok hari terbenamnya matahari esok. Dari Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma aku membaca; “Barang siapa membaca surat Al Kahfi, maka
akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya
kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya diantara dua Jumat”
Sungguh
aku akan sangat beruntung mendapatkan calon imam yang rajin melakukan amalan ini
dan tak bosan mengajakku turut mengamalkan amalan spesial ini. Subhanallah!
Betapa
aku merindukan belahan jiwa yang sholeh. Belahan jiwa yang mampu menuntunku ke
jalan menuju surgaNYA dengan sinar terang keimanannya. Kamukah itu wahai calon
imamku yang belum ku tahu siapa namamu?
Adakah
kau tahu, Adam? Disetiap pagi, siang dan malamku, aku merayu Allah-ku dengan
puja puji terindah. Ku pilihkan kata-kata terbaik agar DIA sudi mengijabah
doaku. Doa untuk segera dipertemukan dengan pria sholeh sepertimu.
Mungkin
kau bertanya-tanya, siapa aku? Aku adalah hamba Allah paling lancang. Khilaf
sering ku perbuat namun belakangan ini berani merayu-NYA untuk meminta
dipertemukan segera denganmu. Adamku, aku adalah wanita paling hina, jauh
sebelum surat ini ku tulis, aku tak ubahnya seperti wanita kafir. Aku
berjilbab, namun jarang shalat! Lalu tanpa malu, aku berani meminta ini itu. Tak
jarang pula aku mengumpat-NYA ketika harapanku tak sesuai harapan.
Adamku,
jauh sebelum aku menulis surat ini, aku tak ubahnya seperti wanita tak beriman.
Aku menghabiskan waktu untuk memikirkan laki-laki yang bukan mahramku. Sungguh,
telah berzina fikiran kala itu. Bahkan, aku telah berzina hati dengan menangisi
laki laki yang tak patut ku tangisi. Api neraka-lah yang akan menjilat air
mataku kala itu. bukankah satu-satunya air mata yang tak terjilat api neraka
adalah air mata yang jatuh ketika membaca Al-Quran?
Adamku,
jauh sebelum aku menulis surat ini, aku adalah wujud wanita sombong yang lebih
suka membaca pesan-pesan singkat yang berisi rayuan manusia dibanding membaca
ayat-ayat suci Alquran.
Betapa
hinanya aku!
Aku
menangis..
Untuk
melanjutkan menulis surat ini pun jemariku gemetar.
Rasanya
tak pantas melakukan hal ini. Namun sejurus kemudian aku sadar, Allah maha
besar. Allah maha pemaaf. Adamku, aku terus berusaha memperbaiki diri. Meski
aku tak langsung suci dan perilakuku tak serta merta seanggun bidadari. Aku
masih memiliki banyak kekurangan dan sewaktu-waktu bisa berlaku khilaf seperti
yang sudah-sudah. Untuk itu Adam, lengkapi kurangku. Tegur salahku. Dan bimbing
aku tetap lurus berjalan di jalan-NYA.
Adamku,
aku kini sudah dewasa. Seperti wanita kebanyakan, aku ingin segera menikah. Aku
ingin menuai pahala dari ladang bernama rumah tangga. Aku ingin memasakan
masakan terenak untukmu. Aku ingin menukar pahala dengan segelas air putih yang
ku suguhkan untukmu sepulang bekerja.
Adamku,
dunia semakin panas saja. Banyak perilaku manusia diluar ajaran agama. Aku
ingin bernaung di satu mahligai yang sejuk, yang mana engkau sebagai imam
pemberi oase bagiku dan anak-anak kita. Sungguh tiada tempat kembali selain
agama. Sungguh tiada pegangan yang tangguh ditengah gilanya dunia, selain imam
yang beriman. Meski aku tahu begitu susah mencarimu diantara bermilyar-milyar
manusia. Begitu sukar mencarimu, pria sholeh.
Entah
kapan kita dipertemukan, Adam. Satu bulan lagi, satu, dua, atau tiga tahun
lagi? Aku akan bersabar, demi laki-laki terbaik sepertimu. Kau tak perlu
tanpan, cukup beriman. Kau tak perlu kaya raya, cukup hanya setia. Sekalipun engkau
seorang yatim piatu, tak masalah. Aku ikhlas tidak bermertua.
Ku akhiri surat
ini, Adam. Ku balut rinduku padamu dengan tasbih dan doa. Jaga imanmu, pelihara
hatimu, aku yang terus berusaha memperbaiki diri menantimu disini.
Wassalam..
Netri Olala…..