Imege By Google
Aku tidak pernah berharap, suatu saat kau sadar bahwa rangkaian kata ini tertulis untukmu. karena bukan itu tujuanku. Aku hanya berusaha
menyampaikan resah. Tanpa harus menyampahi timeline twitterku, dan memalukan
jika sampai terbaca olehmu. Aku menulis ini, agar gundahku musnah, tanpa perlu
ku sebutkan namamu di dalamnya. Semoga kau tak mampu menebak bahwa kaulah itu…
Rasa itu lahir dari sebuah pertemuan yang tak begitu
ku harapkan. Kerena aku tak cukup percaya diri untuk bertemu denganmu. Tahukah kau?
Pada saat itu aku berdoa semoga hujan turun lebat sehingga membuatmu enggan
menemuiku. Tapi sayang, Tuhan tak mengabulkan pintaku dan kita pun bertemu di
pantai itu.
Tidakkah kau menangkap keteganganku pada saat itu? Mungkin,
pelayan kafe itu pun tak tahu, bahwa teh panas yang ia suguhkan untukku terlalu
manis. Namun, aku menyeruputnya sampai habis. Bukan karena aku suka manis. Tapi
karena aku tak punya aktivitas lain untuk menyamarkan gugupku.
Jujur, semua yang ada padamu, mampu menyapaku sehingga
aku berada pada kondisi TERPESONA. Semuanya. Caramu bicara, caramu tersenyum,
caramu bersikap dan caramu mendengarkan setiap ucapan-ucapan ‘garing’ku. Adakah
kau tahu itu.
Tapi, aku tak berusaha memupuk keTERPESONAan itu
menjadi cinta yang nantinya akan amat menyiksa. Aku tahu, hatimu telah
berpunya. Gadis itu teramat cantik. Kau tentu bangga memilikinya. Sehingga tak
pantas rasanya aku mengurangi kebanggaan itu dengan menjajakan perasaanku
padamu. Kita berteman. Ya, aku akan membatasi diri dengan konteks itu.
Sampaikan salamku pada dia yang kau cintai dan
mencintaimu. Katakan padanya, bahwa ia beruntung memiliki lelaki sehebatmu. Berunutng
mendapatkan ucapan selamat pagi dan malam darimu. Beruntung memperoleh
perhatian yang menyejukkan. Dan beruntung merasakan sentuhan jemarinya yang
hangat. Tolong sampaikan! Dari aku, teman barumu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar