Sabtu, 18 Oktober 2014

Untukmu yang Mencintainya



Imege By Google

Aku tidak pernah berharap, suatu saat kau sadar bahwa rangkaian kata ini tertulis untukmu. karena bukan itu tujuanku. Aku hanya berusaha menyampaikan resah. Tanpa harus menyampahi timeline twitterku, dan memalukan jika sampai terbaca olehmu. Aku menulis ini, agar gundahku musnah, tanpa perlu ku sebutkan namamu di dalamnya. Semoga kau tak mampu menebak bahwa kaulah itu…

Rasa itu lahir dari sebuah pertemuan yang tak begitu ku harapkan. Kerena aku tak cukup percaya diri untuk bertemu denganmu. Tahukah kau? Pada saat itu aku berdoa semoga hujan turun lebat sehingga membuatmu enggan menemuiku. Tapi sayang, Tuhan tak mengabulkan pintaku dan kita pun bertemu di pantai itu.
Tidakkah kau menangkap keteganganku pada saat itu? Mungkin, pelayan kafe itu pun tak tahu, bahwa teh panas yang ia suguhkan untukku terlalu manis. Namun, aku menyeruputnya sampai habis. Bukan karena aku suka manis. Tapi karena aku tak punya aktivitas lain untuk menyamarkan gugupku.
Jujur, semua yang ada padamu, mampu menyapaku sehingga aku berada pada kondisi TERPESONA. Semuanya. Caramu bicara, caramu tersenyum, caramu bersikap dan caramu mendengarkan setiap ucapan-ucapan ‘garing’ku. Adakah kau tahu itu.

Tapi, aku tak berusaha memupuk keTERPESONAan itu menjadi cinta yang nantinya akan amat menyiksa. Aku tahu, hatimu telah berpunya. Gadis itu teramat cantik. Kau tentu bangga memilikinya. Sehingga tak pantas rasanya aku mengurangi kebanggaan itu dengan menjajakan perasaanku padamu. Kita berteman. Ya, aku akan membatasi diri dengan konteks itu.

Sampaikan salamku pada dia yang kau cintai dan mencintaimu. Katakan padanya, bahwa ia beruntung memiliki lelaki sehebatmu. Berunutng mendapatkan ucapan selamat pagi dan malam darimu. Beruntung memperoleh perhatian yang menyejukkan. Dan beruntung merasakan sentuhan jemarinya yang hangat. Tolong sampaikan! Dari aku, teman barumu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar