Kamis, 02 Juli 2015

Aku, Si Ratu Ego




‘Ego!” Bukan sekali dua kali kau menudingku dengan kata itu ketika kita bertengkar.
Aku terkaum! Benarkah aku ego?
Ku tilik kebelakang dengan terus membawa tanya ‘apa benar aku ego?’ Setiap pertengkaran yang terjadi, selalu aku yang meminta maaf. Itukah ego? Setiap aku protes karena ia jarang memberi kabar, itukah ego? Ketika aku marah, dan berusaha menjelaskan apa yang membuatku marah itukah ego? Ketika aku butuh sedikit saja perhatian di sela kesibukannya itukah ego? Ketika aku berusaha menjaga hubungan ini agar tetap baik dengan memaparkan hal-hal yang tidak aku sukai itukah ego? Ketika aku melarang hal-hal kecil yang kerap kau lakukan yang dapat mengganggu kesehatanmu, itukah ego? Ketika aku menyarankan kau harus begini dan begitu demi masa depanmu itukah ego?
Ya, anggap saja itu ego. Ego seorang aku yang terlalu meninginkan yang terbaik bagimu. Ego seorang aku yang begitu takut kehilanganmu. Ego seorang aku yang terlalu menyayangimu.
Lalu,apa kau tahu apa ego terbesarku?
Ego terbesarku adalah menghubungimu terlebih dahulu dan meminta hubungan ini diperbaiki ketika kau jengah dan meminta berpisah. Ya, itu adalah ego terbesarku. Dan apa kau tahu, untuk melakukan hal itu aku berperang dengan logika dan harga diriku…
            Terimakasih..
            Egoku memanggilku keluar untuk menemukan yang lebih baik darimu. Darimu yang ‘selalu benar’ dan darimu yang membalut rasa bosan dengan melempar kalimat “Kamu terlalu ego, Netri!”
                                                                                                            Pariaman, 7/3/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar