Selasa, 01 Maret 2016

" Maka Nikmat Tuhan Kamu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?"





Terkadang, kita iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Teman memilikipekerjaan bagus kita iri. Dia punya sepatu, tas, dan kendaraan baru, kita tak terima dan sibuk menolak untuk mengakui keberhasilan pencapaiannya dengan mengumpat diri sendiri yang dinilai belum mampu menyaingi keberhasilannya. 

Iri atas pencapaian orang lain berangkali terjadi karena kurangnya rasa syukur kita terhadap apa yang telah dianugerahi oleh Allah kepada kita. SAYA BUKAN AHLI AGAMA. Pemahaman saya terhadap agama sangat dangkal. Namun bolehkah saya mengajak pembaca sekalian untuk membuka surat ke 55 Alquran yakni Surat Ar-Rahman?

Mengapa Surat Ar Rahman? karena Ar Rahman adalah surat yang berulang kali mengingatkan manusia untuk bersyukur lewat ayat berbunyi "Fabiayyiaa laa ii rabbikuma tukadzibaan" yang memiliki arti "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?". Menurut hitungan saya, ayat serupa tertulis sebanyak 33 kali dalam Surat Ar Rahman yang keseluruhannya terdiri atas 78 ayat. Subhanallah! Saya jatuh cinta pada surat ini.

Saya adalah manusia yang sangat pandai mengeluh. Pintar mengumpat. Kerap kali mencaci maki keadaan yang tak sesuai keinginan hati. Teman memakai tas dan sepatu mahal saja, saya iri setengah mati dan berhasrat memiliki benda serupa. Namun pada akhirnya saya sadar. Sepatu, entah mahal ataupun tidak, fungsinya tetap sama. Sebagai alas dan pelindung kaki. begitu pun dengan tas. Tas, seharga lima juta ataupun yang seharga lima puluh ribu, fungsinya tetap sama, yakni membantu membawakan benda-benda yang kita perlukan saat bepergian. Begitu juga dengan kendaraan, murah atau mahalnya, fungsinya adalah membawa kita ke tujuan dengan waktu yang lebih singkat. Fabiayyiaa laa ii rabbikuma tukadzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dulu, ketika satu persatu teman seusia saya menikah, saya seolah terburu waktu untuk segera menyusul mereka. Bahkan saat jodoh belum juga bertamu, saya mengumpat diri dengan berkata "Oh mungkin aku kurang cantik" di depan cermin. Padahal Allah belum juga mempertemukan saya dengan jodoh saya semata agar saya bisa memantaskan diri dengan jodoh yang saya inginkan baik-baik pula. Bukankah jodoh termasuk pada takdir ikhtiar yang hasilnya akan sesuai upaya manusia itu sendiri? Fabiayyiaa laa ii rabbikuma tukadzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Bukankah waktu yang dipanjangkan Allah untuk memperbaiki diri adalah sebuah nikmat? 

Ketika saya sudah berusaha melamar pekerjaan ke sana-sini, namun belum menemukan pekerjaan yang saya inginkan, saya marah karena lelah. Namun setelah saya renungkan, pekerjaan yang saya inginkan mengharuskan saya pergi ke luar kota dan meninggalkan ibu saya. Ibu saya masih sangat membutuhkan saya. Jika saya sibuk bekerja di luar kota, maka mustahil rasanya saya bisa membuatkan ramuan tradisonal pengobat diabetesnya. Saya disadarkan oleh dua hal. Bersyukur memiliki seorang ibu yang tidak pernah menuntut dan mendikte saya untuk menjadi sesuatu yang ia mau. Sementara diluaran berapa banyak anak stress karena mendapat tekanan ulah belum juga bekerja? Juga bersyukur masih memiliki waktu berbakti pada Ibu selagi ia di dunia. Fabiayyiaa laa ii rabbikuma tukadzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? 

Bersyukur sangat erat hubungannya dengan lapang dada, ikhlas dan khuznuzon terhadap Allah. Tetaplah bersyukur dalam keadaan sesempit dan sesulit apapun. Ketika uang yang kita pinjamkan tak kunjung dikembalikan, bersyukurlah karena kita masih bisa melapangkan hidup orang lain untuk waktu yang lebih lama. Ketika kita tidak memiliki teman-teman kaya, bukankah teman-teman yang miskin yang mengingatkan kita untuk tetap bersyukur dan mematut diri? Ketika kita dihina orang lain dan  tidak membalasnya bukankah pahala ganjarannya? Nikmat Allah begitu indah untuk kita dustakan. Hidup terlalu bermakna untuksuudzon terhadap sang Pencipta. Tidak ada yang sia-sia. Sepahit apapun itu. Fabiayyiaa laa ii rabbikuma tukadzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? 



"Fabiayyiaa laa ii rabbikuma tukadzibaan"
" Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

Maha benar Allah dengan segala firman-NYA.






4 komentar:

  1. Bagus ini buat bahan renungan. Karena manusia sekarang selalu ingin mengungguli manusia lainnya, dalam hal apapun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih. Semoga sama-sama kita bisa merenung dan bersyukur..

      Hapus
  2. Balasan
    1. Iya, selalu bersyukur. Saat gempa seperti ini sekalipun hehe

      Hapus